Tawuran, kata yang sudah sering di dengar. Apalagi untuk dikalangan pelajar termasuk mahasiswa. Ngakunya agen perubahan, perubahan macam apa kalau kaya gini? Bilangnya aktivis, tapi kelakuan kaya yang gak punya pendidikan. Negri atau swasta sama saja kelakuannya.
Sori aja nih kalau misal ada yang tersinggung dengan kata-kata saya. Saya juga mahasiswa, saya sadar darimana saya berasal. Saya juga sadar darimana saya bisa kuliah dan menyandang gelar yang baik "Agen Perubahan". Apalagi saya kuliah di univ negeri, malu dong udah dapet subsidi dari rakyat, walaupun katanya suka di colong ama yang punya kewenangan megang duit. Tapi gak masalah selama kita bisa memberikan atau minimalnya berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Jadi kenapa hal sepele saja bisa jadi perang antar sekolah, antar univ, bahkan satu univ bisa jadi arena perang antar jurusan atau fakultas. Bener-bener ada sesuatu yang salah disini. Anak sekolah yang harusnya belajar untuk menggapai cita-cita mereka malah jadinya kaya anak yang gak pernah terdidik. Bahkan mereka sudah berniat untuk tawuran semenjak mulai meninggalkan rumah dipagi hari. Kita bisa lihat apa yang mereka bawa pagi itu. Gir motor, golok bahkan bom molotov. Mahasiswanya pun sama seperti itu.
Mereka tawuran layaknya di film-film action gengster. Maju saling menyerang bergerombol dengan senjata masing-masing dan tanpa perduli dengan keadaan sekitar mereka lagi. Fasilitas kampus, fasilitas sekolah, fasilitas umum sudah menjadi tempat perang bagi mereka. Hasilnya apa? Kerusakan disana-sini, fasilitas yang disediakan kini hanya menjadi barang yang mungkin sudah tak ada gunanya lagi. Ketika semua sudah seperti ini, siapa yang mau maju untuk bertanggung jawab dengan semua kerusakan yang terjadi?
Terlihat lah kini siapa mereka sebenarnya, benar sosok agen perubahan, perubahan menuju kemorosotan moral dan kemunduran dari pendidikan. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab? "Pemerintah" itu yang pasti banyak terlontar dari masyarakat. Tapi tidak seutuhnya pemrintah yang harus turun untuk bertanggung jawab, semua pihak harus bertanggung jawab dalam masalah ini.
Pendidikan bukan hanya kewajiban pemerintah dan sekolah/univ saja, tapi pendidikan harus diberikan dari berbagai tempat. Keluarga tempat pertama kita semua mendapat pendidikan, pendidikan norma, pendidikan cara hidup. Orang tua yang mengajarkan segalanya pertama kepada anak dalam kehidupan. Kemudian masyarakat akan menjadi identitas lain seseorang, darimana seseorang berasal maka seperti budaya di tempat asalnya lah sikap dia. Ketika mendapat atau tinggal di wilayah dan masyarakat yang baru maka identitas dan sikapnya pun akan berubah sesuai daerah tinggalnya. Sekolah atau Universitas itu adalah tempat yang hanya sesaat mengajarkan ilmu-ilmu untuk bekal hidup mereka.
Sebenarnya bukan di sekolah kita dapat sikap kita, tapi di keluarga dan masyarakatlah kita mendapat bagaimana cara bersikap, sopan santun, dan norma-norma yang harus ditaati. Memang benar adanya seperti itu, dan itu lah yang saya rasakan selama ini setelah menjalani hidup saya. Mungkin dimasa depan pandangan saya akan berbeda dengan sekarang.
Sekarang bertambah lagi beban yang saya harus hadapi sebagai mahasiswa. Harus bisa memberikan pengertian bahwa tidak selamanya siswa/mahasiswa seperti itu. Semua itu bergantung pada banyak faktor lingklungan sekitarnya, seperti keluarga dan masyarakat tempat tinggal saya dan rekan-rekan siswa/mahasiswa. Jadi untuk para Ayah, Ibu, RT, RW, dan orang yang ada di sekitar kita tolong berikanlah contoh yang benar untuk kita apalagi siswa dan anak-anak kecil.
0 comments:
Post a Comment
Sopan santun diutamakan.
Tidak menyinggung SARA.